Rabu, 10 November 2021

Mencari Adalah Hal Yang Sulit

Halo, sampai mana cerita kita kemarin ya?. Cepat sekali waktu berlalu, bukan berarti aku melupakan cerita ini, banyak buku buku yang belum usai ku baca, namun ada buku yang lebih bagus lagi. Itulah topik hari ini.

Pernah sekali aiu bertemu dengannya, badannya masih lusuh dan kecil namun sudah gagah walau masih kelas lima SD. Perempuan kecil sandalnya rusak, dan pangeran membenarkan sandalnya. Hahaha! lucu sekali bukan?. Setelah pertemuan itu tidak ada lagi pertemuan yang lainnya. Hingga pada saat kami memakai seragam putih biru dan duduk di bangku SMP, semesta mempertemukan kami kembali.

Grombolan teman-temannya duduk di bangku paling belakang, dan aku melihatnya yang juga melihatku. Malu pasti karena kami berhenti bertemu sejak saat ia tidak datang itu. Kata teman sebelahku, "Laki-laki itu," ya, benar, itu dia. Kami sekelas dan betapa senangnya aku saat kami sekelas. Namun ada laki-laki baru yang datang di kelas untuk menggantikannya, kecewa aku karena ia mau-mau saja untuk pergi dari kelas ini. 

Anak SMP yang baru keluar dari SD ini sudah terkenal satu sekolah karena mampu memikat kakak kelas, anak basket, tinggi dan tampan, kalau dibandingkan dengan laki-laki yang memberikan surat, ia kalah dengan laki-laki ini. Kami berhasil pacaran meski banyak rintangan. Laki-laki ini harus sering berebut kursi dengan laki-laki lain karena aku yang masih labil dan terlalu terbuka dengan semua laki-laki.

Kami berhasil melewati semua rintangan. Mungkin ia yang terlalu banyak cemburu hingga teman sekelasku harus aku jauhi, hingga saat ia berkata, "Jadilah seperti temanmu yang setia kepada pacarnya," padahal setia sudah ku berikan kepadanya. Saat itu ia pergi bersama mantan kekasihnya, kakak kelasku juga, aku melihatnya saat pulang bimbel, dan yang bisa ku berikan hanyalah maaf karena aku tidak sesempurna mantan kekasihnya. 

Hubungan ini tidak berhenti meskipun sudah lelah, Laki-laki pemberi surat itu terus berjuang meskipun aku bukan lagi sendirian. Ia tetap mau membantuku, memberikan kameranya kepadaku agar aku bisa berfoto seperti teman-teman yang lain, membantuku menyelesaikan tugasku di rumah. Laki-laki ini memberiku kenyamanan saat bersamanya, namun aku buta dengan perasaannya yang dalam karena ia tidak mengatakan. Apa sulitnya berkata bahwa ia mencintaiku?.

Kakak kelas itu menjadi sering marah dan kasar. Ia memukulku, menamparku meskipun ia anggap itu bercandaan, tapi itu sakit. Ia terus memberikan perhatian dengan tangannya yang kasar. Temanku pernah berkata, "Kamu sudah harus bersyukur karena memilikinya, banyak sekali yang ingin menjadi pasangannya tapi kamu sudah merebutnya." Dan salah satu temanku juga pernah berkata, "Lepaskan kalau sudah membuat trauma." Ingin sekali ku lepaskan tapi ia akan berkata kepada semua manusia bahwa aku menyelingkuhinya, dan pergi bersama laki-laki baik yang membantuku meski ia tahu aku tidak bisa dimilikinya. 

Ia pernah cerita kepadaku belum lama ini, "Aku tidak pernah lagi berpacaran setelah tidak bersamamu," lalu kalau kita perbaiki bersama mulai dari hari ini, bagaimana?, mau kah kamu?, atau tidak mau?. Jawabannya pasti tidak, kan?!.

Tidak ada komentar:

Kalau Aku Bisa Menjadi Seperti Dirinya

Dentuman kosong di dalam kepala yang membuatku kesakitan di pukulnya berkali-kali berlipat berganda, mencabik-cabik seluruh ruang kosong di ...