Sabtu, 13 Juni 2020

Berkenankah kau berkenalan dengan cerita ini?

Ketika kau baca cerita ini, aku sudah berumur setengah abad dan kau pasti melihat laki-laki tua yang sedang duduk di kursi teras rumah menikmati lembayungnya yang telah lama hilang. Kupastikan kau sedang bertanya-tanya seperti apa cerita ini, bagian prolognya saja tidak jelas dan tidak ditemukan penjelasan.

Ku beritahu kau tentang lelaki tua itu. Matanya sayu, sedih jadi bagian besar dalam hidupnya. usianya sama denganku, namun hingga saat ini ia masih tetap bersinar lewat kelembutannya. Setiap hari Kamis dan Minggu ia pergi kepada liang lembayungnya yang hilang, meskipun ia tidak tahu apa mungkin lembayungnya mendengar atau sekedar menyaksikan isaknya.

Bagaimana denganku?. Aku adalah lembayungnya. Aku tidak hilang, aku tidak pergi, aku masih disinya, aku masih memeluknya, menggenggam erat tangannya. Aku masih menyaksikan betapa sedihnya ia ketika melihat tubuhku ditutup kain kafan putih, orang-orang terdekat melambungkan Ayat Kursi, supaya aku tenang bersama Tuhan. Aku juga masih menyaksikan betapa setianya ia pergi ke tempat istirahatku, setiap kamis ia lontarkan A-Fatihah yang di khususkan untuk aku dan Eyangnya, dan setiap Minggu ia jadi manusia paling bahagia dengan senyum manis mengajakku bercerita tentang hal-hal yang sebenarnya sudah kuketahui.

Bagaimana dengan kita?. Aku dan ia bagaikan sepasang merpati putih yang melambaikan sayapnya kepada langit biru dan semesta yang pura-pura pemaaf. Kita sama-sama hidup pada ombak yang menyisir habis jalan-jalan raya, kita sama-sama hidup pada jembatan yang hampir roboh sebab terlalu banyak tekanan. Mungkin ketika cerita ini sudah kau baca, kau pasti mengerti dan tak banyak bertanya dalam hati. 

Kita sudah berkawan sejak kau baca kalimat pertama pada paragraf pertama. Semoga kau jadi kawan yang setia, dan dengan senang hati aku berjanji akan membagi ceritaku dan cerita laki-laki itu padamu. Tapi jangan sekali-sekali kau ejek dengan pertanya-pertanyaan yang tidak bisa ku jawab, itu kesalahan semesta.

Kalau Aku Bisa Menjadi Seperti Dirinya

Dentuman kosong di dalam kepala yang membuatku kesakitan di pukulnya berkali-kali berlipat berganda, mencabik-cabik seluruh ruang kosong di ...